Jalan-jalan ke Blitar Bersama Wong Crewchild
Pasti teman-teman sudah tahu atau paling jelek pernah mendengar tentang kabupaten Blitar. Kalau ada yang bahkan mendengarnya saja belum pernah, sepertinya perlu diselidiki waktu sekolah dulu guru Penjakes-nya siapa. Sebabnya Blitar selalu masuk buku sejarah atas peristiwa heroik pembrontakan PETA yang dikomandoi Supriyadi di masa penjajahan Jepang. Belum lagi Ir. Soekarno, proklamator kemerdekaan yang sekaligus Presiden pertama Indonesia itu makamnya juga berada di Blitar.
Koruptor yang terkenal dengan slogan '1 rupiah saja saya mengambil duit negara, saya siap digantung di Monas' Anas Urbaningrum berasal dari Blitar. Aku sendiri juga keturunan bangsa Blitar. Selain itu tempat-tempat wisata di Blitar seperti makam Bung Karno, Pantai Serang, Kampung Cokelat, Pantai Tambak Rejo, Pantai Pudak, Perkebunan Sirah Kencong, Rambut Monte dan lain sebagainya sudah sering diliput oleh para pengguna Instagram. Jadi, memang sudah seharusnya Blitar diketahui oleh banyak orang.
Dan Alhamdulillah beberapa hari lalu, selama dua hari aku dan teman blogger wongcrewcild.com dan juga teman-teman dari Komunitas Lintas Agama, berkesempatan jalan-jalan tampan merayakan week end ke Blitar.
Sebelum berangkat berfoto dulu di belakang Alphard |
Jadwal kunjungan yang kami rencanakan sebelumnya adalah sabtu pagi ziarah ke makam Bung Karno, dilanjut ke Istana Gebang yang merupakan tempat tinggal Bung Karno di masa kecil sehingga ABG. Setelah itu siangnya meluncur ke Blitar selatan menuju Pantai Pangi dan bermalam di sana. Kemudian besoknya sebelum kembali ke kediaman masing-masing, singgah ke Air Terjun Tirto Galuh.
Begitulah rencananya. Tapi manusia cuma bisa berencana, sementara Tuhan yang menentukan. Sabtu pagi itu, kami yang berangkat dari titik kumpul di rumah Wong Crewchild di kota Malang, terjebak kemacetan parah hampir di separuh perjalanan Malang - Blitar. Mobil hanya bisa maju mandek maju mandek cantik. Maju lima meter, mandeknya sampai bermenit-menit. Akibatnya kami memasuki kabupaten Blitar saat hari sudah di ambang sore. Sangat terlambat dan sudah tidak ada waktu lagi mengunjungi tempat pertama dan kedua di dalam rencana. Terpaksa jadwal kunjungan kami ubah menjadi kemping ke Pantai Pangi dulu, baru besoknya ke makam.
Dan pasca sholat Maghrib, di bawah guyuran hujan air dari angkasa, kami meneruskan perjalanan langsung ke pantai Pangi yang ternyata lokasinya masih cukup jauh. Menjelang tiba di tujuan, kondisi jalannya bahkan cukup menantang: gelap, sempit, banyak turunan dan tanjakan tajam, ditambah hujan yang tak reda-reda, membuat perjalanan kami terasa seru dan ngeri-ngeri sedap.
Kurang lebih dua jam kemudian akhirnya kami tiba di lokasi. Sayangnya kendaraan tidak bisa langsung parkir di pantai. Untuk benar-benar sampai ke bibir pantai harus melewati jalan setapak sekitar 200 meter dengan berjalan kaki. Jalannya masih alami berupa jalan tanah. Kalau saja Cinta Laura ikut, pasti dia sudah mengeluh, "Mana ujan, nggak ada ojeks, beceks."
Saat kemping pun kami tidak bisa berbuat banyak. Hujan yang tadi sempat berhenti walau tak ada yang memanggil, tiba-tiba turun lagi lebih lebat. Beruntung tenda-tenda yang kami gunakan bukan tenda murahan, sehingga aman dari kebocoran. Tapi sayang tetap tidak bisa mencegah dinginnya malam, juga tidak mampu meredam gemuruh ombak yang semakin malam terdengar semakin ribut, malah lantai tenda lama-lama terasa lembab saking derasnya hujan. Dengan situasi dan kondisi seperti itu, jangan heran kalau sampai pagi aku kesulitan tidur.
Paginya dengan tampang kuyu mirip orang kekurangan tidur, kami berfoto-foto ala kadarnya untuk kenang-kenangan. Setelah itu meluncur ke kota Blitar mengunjungi makam Bung Karno.
Demikian sinopsis jalan-jalan ke Blitar kemarin. Versi lengkapnya akan kutulis di lain kesempatan. Walau pada kenyataannya acara tersebut tidak sesuai rencana, tapi itu tidak menghalangiku untuk berbahagia dan menikmati perjalanan. Hal-hal tidak terduga seperti hujan yang tak henti-henti, kemacetan parah dan medan yang sulit, bagi aku sudah semacam surprise. Kejutan-kejutan dalam sebuah perjalanan. Semesta menginginkan cerita yang berbeda dari yang sebelumnya sudah terbayang di kepala.
Aku yakin, rasa lelah, jenuh, ngantuk dan gigil kedinginan dalam perjalanan kemarin, di hari-hari mendatang akan menjadi kenangan manis yang sangat ingin diulang kembali.
Terima kasih untuk teman-teman yang sudah menyisihkan waktu berharganya demi membaca tulisan ini. Terima kasih paling banyak untuk Wong Crewchild yang sudah men-sponsori trip dua hari ke Blitar kemarin. Kapan-kapan ajak lagi, haha.
Baca Juga: Memperingati Setahun Di Surabaya
21 komentar untuk "Jalan-jalan ke Blitar Bersama Wong Crewchild"
keren mas zuk
tapi kok sepi yah ??
.
Ini sebenarnya ke blitar apa ke medan bang?
Jauh loh medan sama blitar
jadi pgen mengabadikan foto disitu..he
apalag di sposori
Silakan berkomentar dengan tertib dan sopan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.