Melihat Langsung Cantiknya Teluk Love Pantai Payangan Jember
Di Pantai Payangan, ada sebuah bukit yang cukup ramai dikunjungi wisatawan, namanya bukit domba. Dari puncak salah sisi bukit itu, pengunjung bisa menyaksikan garis pantai yang bentuknya unik mirip simbol hati, sehingga dinamakan Teluk Love.
Gaya pendaki bukit domba.
Teluknya sendiri tentu sudah lama ada. Mungkin sejak Tuhan menciptakan alam semesta ini. Yang masih baru adalah pemberian nama dan cara menikmatinya. Dulunya, teluk di pantai Payangan ini tak bernama dan tidak menarik wisatawan. Pengunjung lebih memilih ke Pantai Watu Ulo atau Pantai Papuma ketimbang Pantai Payangan. Keeksotisan Teluk Love memang tak akan terbukti jika dilihat mendatar dari pantai.
Di pantai Payangan, ada sebuah bukit tak bertuan yang dulunya dikuasai gerombolan domba untuk mencari makan sehari-hari. Penduduk sekitar memang sengaja melepas liar domba-domba peliharaan mereka di atas bukit. Jadi selama bertahun-tahun, kawanan domba itu yang selalu menikmati keindahan Teluk Love.
Tapi nggak salah juga, secara kalau diaritkan belum tentu rumputnya sesuai dengan selera domba-domba itu. Bisa saja rasa rumputnya kurang mak nyoss mamalia lezatos. Dan dengan diangon di atas bukit, mereka bisa bebas memilih rumput-rumput favorit mereka. Dari hal itu, sudah ketebak kan kenapa bukit ini dinamakan bukit domba?
Pantai Payangan dari ketinggian.
Nah di tahun 2015, oleh beberapa warga, bukit domba ini mulai dibangun jalan kecil dan undak-undakan anak tangga menuju puncak. Tujuannya menjadikan bukit domba sebagai tempat wisata baru di kawasan pantai Jember, dengan menawarkan teluk unik berbentuk cinta sebagai sajian utamanya.
Dan mungkin karena nama bukit domba terdengar kurang 'menjual', akhirnya tempat wisata ini lebih dipopulerkan dengan nama Teluk Love. Padahal pada prakteknya, bukan Teluk Love-nya yang ramai didatangi para traveler, melainkankan Bukit Domba. Dari puncak bukit Domba itulah, garis pantai yang lengkungannya menyerupai simbol hati itu akan terlihat.
Karena lokasi Teluk Love masih sekawasan dengan objek wisata ternama di Jawa Timur; Pantai Watu Ulo dan Pantai Pasir Putih Malikan (Papuma), tak butuh waktu lama bagi Teluk Love untuk terkenal di kalangan penggila jalan-jalan. Pengunjung kedua pantai tersebut pasti juga penasaran ingin mendatangi pantai Payangan untuk melihat Teluk Love.
View dari Bukit Domba yang memang instagenic banget itu kemudian banyak dishare para pengguna sosial media dan kerap menjadi viral. Tak ayal, sekarang ini Teluk Love telah menjadi salah satu destinasi wisata populer di Jember. Keindahannya bukan lagi cuma sekawanan domba yang menikmatinya, kita semua yang hobi jalan-jalan juga telah difasilitasi jalan setapak menuju puncak. Kabarnya, pengunjung Teluk Love bukan hanya wisatawan lokal, sesekali juga ada turis asing plesiran ke sini.
Seperti inilah bentuk Teluk Love Pantai Payangan.
Beberapa waktu lalu saat mbolang ke Jember, aku berkesempatan menyaksikan langsung keelokan Teluk Love. Hasil pengamatanku dari persentase jumlah pengunjung saat itu, Teluk Love sudah berhasil mengalahkan Pantai Watu Ulo dan menyaingi Pantai Papuma. Padahal kedua pantai itu sudah lebih dulu terkenal.
Untuk menuju kawasan tiga pantai tersebut, dari ibu kota kabupaten Jember butuh waktu sekitar 45 menit arah selatan. Nanti saat tiba di lokasi, ada persimpangan yang jika berbelok kanan arah ke pantai Watu Ulo dan Pantai Papuma. Sementara ke Teluk Love silakan terus lurus ke arah Pantai Payangan.
Nanti begitu memasuki area pantai Payangan, akan banyak penduduk sekitar melambai-lambaikan bendera. Tenang, itu bukan tanda-tanda bahwa di depan sedang ada crash kayak di kontes-kontes balapan. Kibaran bendera itu adalah kode menawarkan jasa parkir. Saran aku, biar tidak terlalu jauh berjalan kaki ke pintu masuk Bukit Domba, pilihlah tempat parkir paling terakhir. Tarif parkirnya Rp 2.000 untuk sepeda motor, sementara untuk mobil pribadi Rp 5.000.
Saat itu setelah memarkir kendaraan, kami langsung bergerak menuju pintu masuk pendakian Bukit Domba. Jaraknya kurang lebih 100 meter asalkan memilih tempat parkir paling ujung. Di pos pintu masuk tersebut, kami membayar lagi tiket naik sebesar Rp 5.000 per orang. Sangat murah untuk objek wisata yang pemandangannya begitu mewah.
Udah kayak pendekar dari goa hantu.
Di pos ini, kami dan para pengunjung lain ditawari tongkat kayu untuk pegangan selama pendakian. Tongkat tersebut dipinjami secara gratis. Karena aku yakin kakiku masih cukup kuat, serta memperhatikan sudut kemiringan Bukit Domba yang tidak terlalu ekstrem, di saat temen-temen yang lain rebutan tongkat, aku dengan pede-nya malah menolak baik-baik tawaran petugas.
Aku nggak mau nantinya tokat kayu tersebut malah merepotkan. Tangan kanan membawa tongkat narsis, tangan kiri menenteng botol air mineral. Oh iya, kalau mau naik jangan lupa membawa air minum kemasan minimal yang ukuran 600 ml. Syukur-syukur bisa membawa yang 1500 ml. Berjalan kaki dengan rute menanjak nan panjang, sakti banget kalau tidak sampai kehausan. Makanya, membawa banyak bekal air minum sangat penting dan perlu. Tapi bukan berarti harus bawa yang akua galon, nanti malah merepotkan.
Pada buru-buru nggak sabar melihat Teluk Love dari puncak Bukit Domba.
Meskipun pengunjung Teluk Love sudah cukup ramai, entah kenapa di atas tidak ada penjual makanan dan minuman. Padahal kalau ada cafe-cafe, aku yakin suasananya bakal semakin seru. Nikmat mana yang mau didustakan, misalnya ngopi sambil melihat pemandangan indah, dan merasakan sensasi diterpa angin laut selatan yang kencang.
Tapi tak perlu kuatir walau belum ada warung, setiap beberapa meter disediakan gubuk yang dilengkapi tempat duduk kayu. Pengunjung bisa berhenti untuk istirahat, atau berhenti untuk lebih khusyuk menikmati keelokan pantai Payangan dari ketinggian yang memang tidak bisa dipungkiri begitu menakjubkan!
Capek mendaki, bisa istirahat di dalam gubuk sambil nonton pemandangan.
Saat mendaki pakailah pakaian yang tidak tebal. Kalau kamu tergolong turis takut hitam, gunakan atasan lengan panjang, kaos tangan dan topi. Jangan mengenakan jaket. Percayalah, mengexplore Bukit Domba bakal menguras keringat. Apalagi kalau naiknya di siang bolong dalam cuaca yang panas.
Jenis alas kaki juga perlu diperhatikan baik-baik. Sepatu gunung, sepatu kets, sandal gunung atau bahkan sandal jepit justru lebih disarankan. Itu akan membuat langkah-langkah kita lebih enteng. Memang, sepatu berhak tinggi atau sepatu boot bisa membuat penampilan terlihat lebih gaya, tapi dijamin itu akan menyusahkan perjalanan.
Sistem darmawisata yang disajikan tempat ini adalah berjalan menyusuri jalan kecil buatan warga. Start dari pintu masuk, naik hingga ke puncak, lalu turun lagi kembali ke pintu masuk tapi melalui jalan yang berbeda. Jadi beberapa meter setelah melewati gerbang, akan ada jalan yang bercabang dua. Kalau naik lewat jalan yang sebelah kanan, nanti saat turun munculnya dari jalan sebelah kiri. Begitu sebaliknya.
Jalur naik ke Bukit Domba. Ada bendera Indonesia-nya.
Jalan itu sebenarnya memang dibuat memutar, ditelusuri mulai dari pintu masuk, nanti ujung-ujungnya akan tembus di pintu masuk lagi. Tapi kebanyakan pengunjung naiknya melalui jalur yang sebelah kanan. Petugas juga menyarankan seperti itu. Jalan yang sebelah kiri tingkat kemiringan lebih extrem. Selain itu, kalau lewat yang jalur kanan, pemandangan Teluk Love akan tersaji di akhir penjelajahan sambil turun dari puncak. Jadi semacam happy ending gitulah.
Aku kemarin, lebih tiga jam mengitari Bukit Domba mulai dari naik sampai turun lagi. Bukan medannya yang membuat lama. Tapi karena view yang bagus-bagus di sepanjang jalan. Hampir di setiap langkah mata ini dimanjakan dengan panorama yang sayang sekali jika dilewatkan begitu saja. Aku sadar belum tentu bisa ke sini lagi, jadi perjalanan itu harus dinikmati sebaik-baiknya. Sebentar-sebentar berhenti, menghayati alangkah indahnya alam Indonesia ini, sambil sesekali mengabadikanya ke dalam jepretan kamera.
Perusak pemandangan!
Ada dua mitos cukup so sweet berkembang di Teluk Love ini. Pertama, bagi yang sedang PDKT dan membawa gebetannya jalan-jalan ke Teluk Love, lalu menyatakan cinta di tempat itu, konon cintanya akan diterima dan hubungan mereka akan awet kayak mumi di Mesir.
Diterimanya itu entah karena memang saling cinta, atau karena saking senengnya diajak jalan ke tempat seindah itu, atau entah karena takut kalau ditolak nanti didorong diceburin ke laut, atau karena faktor lain-lainnya belum ada yang pernah menelitinya.
Jika mitos pertama untuk orang pacaran, maka mitos yang ke dua diperuntukkan bagi pasangan yang statusnya sudah menikah. Konon kalau suami istri liburan ke Teluk Love, lalu di sana mereka berciuman, katanya hubungan rumah tangga mereka bakal langgeng sampai maut yang memisahkan.
Aku hanya tersenyum geli mengetahui itu. Motivasiku ke sini bukan karena mitos-mitos itu. Bisa saja, mitos yang berkembang itu memang sengaja dikembangkan, sebagai strategi untuk menarik banyak kunjungan ke Teluk Love. Aku pribadi kalau bertamasya ke suatu daerah, ya memang karena ingin melihat keindahannya, bukan untuk membuktikan mitos-mitos yang melegenda di tempat tersebut.
Itulah sepotong kisah kunjunganku ke Pantai Payangan menyaksikan cantiknya Teluk Love dari bukit domba. Asli bagus banget. Nggak menyesal aku jauh-jauh ngebolang ke sini. Buat teman-teman yang penasaran seperti apa cantiknya, silakan datang dan buktikan sendiri. Berikut ini ada video sederhana tentang bagaimana bentuk Teluk Cinta.
Sedikit tambahan, waktu terbaik berkunjung ke sini adalah sore hari, saat-saat di mana Teluk Love tengah dibingkai cahaya senja yang menawan. Kemudian kalau enggan turun selepas senja, boleh sekalian camping di atas bukit asal sudah meminta izin ke petugas. Happy Travelling. ^^
7 komentar untuk "Melihat Langsung Cantiknya Teluk Love Pantai Payangan Jember"
Travel Surabaya Jember
Silakan berkomentar dengan tertib dan sopan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.