Taman Sriwedari Solo, Tongkrongan Seru Buat Para Jomblo
Memang mungkin masih banyak tempat liburan lain yang lebih baik misalnya wisata Surabaya, Bandung, Bali dan berbagai kota besar lainnya. Tapi kalau sudah terlanjur berwisata ke kota Solo nggak mampir ke taman yang dulunya terkenal sebagai Kebon Rojo alias Taman Raja ini, duh... Kalau kata Bang Haji sih THERLHALU!
Dua rumpun pohon beringin menjulang cukup tinggi. Bangunan semen setinggi kira-kira satu meter, mengelilingi dan mengubur bagian bawah batang pohon, membuat keduanya seolah tertanam dalam sebuah panggung besar. Lalu ada meriam hitam di samping masing-masing batang pohon, seperti menjaganya dari penjahat illegal logging atau kuntilanak yang mau nangkring sembarangan di atas dahan.
Di panggung semen tadi, tampak beberapa pengunjung duduk-duduk santai menikmati teduh dari rimbunnya daun beringin. Beberapa tampak asyik memainkan ponselnya sendiri-sendiri. Maklum saja, tempat itu merupakan kawasan hotspot, sehingga pengunjung bebas internetan tanpa quota.
Di belakang dua pohon tadi ada halaman yang cukup luas berbentuk mirip segitiga. Kanan kiri halamanannya dibatasai pagar tembok dengan hiasan tanaman bambu. Kedua pagar tersebut dibangun serong berhadapan. Andai saja ujung kedua pagar itu bertemu, benar-benar akan membuat halaman itu persis segitiga. Sayangnya, masing-masing ujung pagar justru terpisahkan oleh sebuah tembok yang lebih tinggi. Tembok itu merupakan sebuah gerbang.
Bagian atas gerbang dihiasi ukiran batik dan sebuah topeng wajah wayang orang dengan tokoh Butho (raksasa). Sedikit di bawahnya ada huruf-huruf berwarna merah bertuliskan ‘Taman Sriwedari’.
Itulah sedikit gambaran Taman Sriwedari saat sore itu aku dan Neng Josie tiba di sana. Sejuk dan bersahaja. Sederhana namun nyaman. Murah tapi tidak murahan. Makan nggak makan yang penting ngumpul.
Lokasi atau alamat Taman Sriwedari ada di Jalan Brigjen Slamet Riyadi No.275, Sriwedari, Laweyan, Kota Solo Surakarta, Jawa Tengah, Republik Indonesia. Tidak jauh dari Stadion R Maladi Sriwedari dan juga Grand Mall Solo.
Semakin sore pengunjung semakin berdatangan, namun tetap tidak membuat tempat ini menjadi ramai banget. Aku perhati-perhatikan justru jarang pengunjung yang benar-benar masuk ke dalam taman. Kebanyakan memang hanya di areal depan gerbang.
Dan bagusnya, tidak ada pengunjung yang mojok berdua-duaan di sisi-sisi taman yang sepi kayak di kebanyakan taman-taman di tempat lain. Tidak ada yang seenaknya bermesraan di bangku-bangku taman. Makanya taman ini ramah bagi para jomblo.
Para pengunjung yang didominasi kaum adam itu, hanya duduk-duduk santai di pangung beton bawah pohon beringin atau di tembok pagar. Sibuk dengan gadget di tangan berinternetan gratis. Ada yang ngobrol-ngobrol entah ngobrolin apa. Ada yang sambil ngunyah. Kebetulan di sana memang cukup banyak gerobak penjual makanan.
Aku kemudian memarkir motor di dekat pagar. Kami mau mengecek ke dalam taman. Masa jauh-jauh dari Sumatera cuma sampai depan gerbang saja. Ora ilok. Parkirnya tidak dikenakan biaya. Saat kami di gerbang, juga nggak ada harga tiket yang harus dibayar untuk masuk ke Taman Sriwedari. Gratis banget! Kesukaanku memang yang gratis-gratis gini. Entah kenapa.
Nuansa budaya Jawa begitu terasa saat kami tiba di dalam. Ada rumah Joglo yang besar dan lebar. Tanpa pintu dan jendela karena memang nggak ada dindingnya. Tapi tetep ada lantainya kok. Malah lantainya cukup tinggi, kalau mau masuk harus naik menahklukan tiga anak tangga. Sepertinya fungsi rumah itu untuk leyeh-leyeh bagi pengunjung Taman Sriwedari yang ingin leyeh-leyeh. Iya gitu.
Tapi di hari-hari tertentu, kabarnya rumah Joglo tersebut digunakan untuk pertunjukan Wayang Orang dan lomba menari. Nah ketika ada pentas seni dan budaya seperti itu, baru deh untuk masuk ke Taman Sriwedari dikenakan karcis.
Dan yang paling meriah tradisi malam selikuran. Malam selikuran dalam tradisi Jawa adalah syukuran menyambut sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Biasanya berupa acara kenduri di masjid atau musholla yang digelar pada malam ke 21 bulan Ramadhan. Di pendopo Taman Sriwedari, malam selikuran biasanya disemarakkan dengan acara kirab seribu tumpeng.
Di dalam areal taman justru lebih sepi dibanding di depan gerbang tadi. Cuma ada beberapa pengunjung sedang bercengkerama di tepi lantai Rumah Joglo. Entah setiap hari memang sepi seperti ini, atau kebetulan aja pas aku ke sini sedang sepi.
Di balik sepinya itu, dulu di Taman Sriwedari ini pernah berlangsung sebuah peristiwa yang sangat meriah, yaitu Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama pada tahun 1948. Sejarah mencatat event tersebut berjalan sukses. Meski saat itu situasi negara sedang bergejolak karena bersamaan dengan pemberontakan PKI di Madiun.
Di halaman Rumah Joglo, ada patung tokoh wayang orang Rama dan Shinta berwarna keemasan. Tak jauh dari situ, ada penjual aneka sovenir dan benda seni kebudayaan Jawa. Kebanyakan kuda lumping mainan.
Kalau kamu seorang traveler kutu buku, jangan pulang dulu sebelum ke bagian belakang taman Sriwedari. Rugi besar! Di sana ada pusat penjualan buku bekas. Ribuan buku rombeng dari berbagai genre tersedia di tempat itu. Novel, majalah, buku pelajaran, buku agama, filsafat, resep masak, trik bermain sulap, primbon dan banyak lagi. Mungkin cuma buku nikah seken saja yang tidak dijual di sana.
Bergeser beberapa meter dari rumah Joglo ke arah timur, ada Taman Hiburan Rakyat (THR). Tapi kami nggak sempat masuk. Padahal di dalamnya banyak wahana permainan yang seru-seru. Ada arena bermain anak-anak juga kayak ayunan, jungkat-jungkit, prosotan dan lain-lain. Tadinya aku mau menjajal main prosotan, tapi takut nantinya malah nggak mau pulang.
Ya sudah akhirnya kami memutuskan keluar dari areal taman. Masih banyak tempat-tempat wisata di sekitar Taman Sriwedari yang tak boleh dilewatkan begitu saja.
Kiranya sampai di sini cerita perjalananku ke Taman Sriwedari Surakarta. Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca tulisan ini. Jangan lupa, kalau suatu saat kalian backpacker-an ke Solo, sempatkan mampir ke taman ini. Happy Traveling.
Baca Juga: Pasar Triwindu Solo, Pusatnya Penjualan Barang Antik Dan Khitikan Di Surakarta
Baca Juga: Pasar Triwindu Solo, Pusatnya Penjualan Barang Antik Dan Khitikan Di Surakarta
2 komentar untuk "Taman Sriwedari Solo, Tongkrongan Seru Buat Para Jomblo"
atau jilbaber pink itu tukang ojek online kali ya?.... pantes sih jadi ojek online mah....*ehh
Silakan berkomentar dengan tertib dan sopan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.