Waspadalah Ketika Mendaki Gunung, Banyak Pendaki yang Tega Membohongi Pendaki Lain
Mendaki gunung hingga ke puncaknya merupakan aktivitas yang membutuhkan rasa sabar. Sabar meniti langkah demi langkah. Sabar ketika jalur pendakian semakin susah. Dan sabar saat sekujur badan mulai didera rasa lelah. Dengan kesabaran, seorang pendaki akan memiliki tekad pantang menyerah dan berjuang untuk terus melanjutkan langkah.
Biasanya, orang-orang yang baru pertama kali mendaki sangat susah mengendalikan rasa sabar itu. Baru beberapa jam mendaki, padahal seperempat jalan saja belum ada, sudah baper bahkan menggerutu-gerutu di dalam hati. Kenapa belum sampai-sampai juga ke puncak?! Udah capek banget gini? Dengkul kayak mau copot! Huft!
Biasanya lagi, para pendaki pemula yang tak sabaran ini, saat berpapasan dengan pendaki yang sedang turun, akan mencegat dan bertanya-tanya:
"Sampai ke puncak berapa jam lagi, Kak?"
"Oh nggak lama lagi kok, palingan setengah jam lagi," jawab pendaki yang turun itu sambil tersenyum.
Alangkah girangnya hati si pendaki pemula mendengar informasi itu. Rasa lelahnya seketika hilang, berganti semangat yang menggebu-gebu. Dan dia segera bergegas melanjutkan pendakian.
Tapi, sudah lebih dua jam berlalu, puncak yang dimaksud belum juga tercapai. Bahkan tanda-tanda akan tiba di puncak pun belum terlihat sama sekali. Akhirnya, saat kembali berpapasan dengan pendaki yang sedang turun, ia bertanya lagi.
"Puncaknya masih jauh, Mas?"
"Dikit lagi. Kira-kira 20 menit lagi. Ayo semangat!" jelas pendaki yang sedang turun itu.
Tapi sekali lagi, puncak yang katanya kira-kira tinggal 20 menit lagi itu, tetap belum terlihat meski sudah hampir dua jam ditempuh. Sampai di sini, si pendaki pemula itu mulai sadar bahwa ia cuma dibohongi terus!
Baca Juga: Hal-hal Yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Mendaki Gunung Semeru
Baca Juga: Hal-hal Yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Mendaki Gunung Semeru
Membohongi pendaki yang bertanya-tanya tentang berapa jauh lagi sampai ke puncak memang seperti sudah menjadi tradisi turun temurun para pendaki gunung-gunung di Indonesia, dan kebanyakan yang menjadi korbannya adalah pendaki-pendaki pemula yang baru pertama kali naik gunung. Dan mereka yang pernah menjadi korban itu, di kesempatan lain saat ada pendaki yang bertanya-tanya, biasanya akan balas dendam berbohong, memberi jawaban yang tidak sesuai kenyataan.
Tak terkecuali aku sendiri. Dulu saat pertama kali mendaki, setiap bertanya kepada pendaki yang turun, selalu diberi jawaban yang ternyata ngapusi. Jadinya ketika turun, ada pendaki-pendaki yang bertanya, aku gantian membohongi mereka hehe. Makanya bohong membohongi seperti ini telah menjadi budaya turun temurun yang tetap lestari hingga hari ini, dan akan menimpa para pendaki-pendaki newbie selanjutnya.
Kalau pendaki-pendaki berpengalaman, biasanya tidak akan bertanya-tanya tentang hal itu. Mereka sudah sangat paham dengan jawabannya yang rata-rata PHP. Selain itu bagi mereka, waktu tempuh ke puncak itu biarlah menjadi misteri yang membuat penasaran dan membuat pendakian terasa lebih seru. Nggak perlu dikepoin. Dijalani saja terus pelan-pelan dengan penuh kesabaran, nanti pada waktunya pasti akan sampai juga. Mau bertanya atau tidak, posisi puncak tertinggi lama kelamaan pasti tercapai juga.
Dan yang ditanya-tanya bukan hanya letak puncak saja. Bisa juga tempat-tempat persinggahan sebelum puncak.
"Pos 2 masih jauh ya, Mas?"
"Ranu Kumbolo berapa lama lagi, Kak?"
"Bang, Shelternya masih jauh ya, Bang?"
"Dari sini ke Segara Anak berapa jam lagi ya?"
Dan lain sebagainya.
Walaupun mereka memberikan jawaban yang tidak benar, tapi percayalah, para pendaki yang berbohong itu tidak bermaksud menyesatkan. Justru mereka melakukan itu dengan tujuan mulia, semata-mata supaya pendaki-pendaki yang bertanya itu tetap terjaga spiritnya.
Contoh kasusnya begini, ketika seorang pendaki turun gunung bertemu pendaki yang baru mau muncak, yang terlihat sudah sangat kelelahan mengendong keril besar di punggungnya, dengan wajah pucat bersimbah keringat, disertai nafas ngos-ngosan senin jumat, lantas ia bertanya, "Puncaknya masih jauh ya, Gan?"
Dengan kondisi yang sudah kepayahan seperti itu, apa jadinya jika ia diberi jawaban sejujurnya, "Uh masih jauh, Bro. Jauh banget! 5 jam lagi, itu kalau jalannya cepet. Kalau lelet bisa 8 sampai 10 jam. Dari sini tuh ya, masih harus berkali-kali turun naik bukit, melipir di pinggi-pinggir jurang, menyusuri hutan-hutan, terus menyebrangi sungai yang banyak buayanya...
Dijamin sang pendaki anyaran itu langsung patah arang dan males melanjutkan pendakian lagi. Atau bisa-bisa malah pingsan!
Nah biar dia tidak kehilangan semangat, terpaksa tega diberi jawaban bohong, "Deket lagi kok. Paling-paling sejam jam lagi. Cmungudh ea..."
Baca Juga: Mendaki Gunung Sepikul, Bekas Lokasi Syuting Film Wiro Sableng
Jadi, buat teman-teman yang bercita-cita tinggi jadi pendaki gunung, jika nanti di lokasi kalian bertanya tentang berapa lama lagi untuk sampai ke puncak, jangan mudah percaya jika diberi jawaban yang kedengarannya gampang. Kemungkinan besar itu cuma bohong. Meski demikian tidak ada larangan untuk bertanya-tanya. Nggak semua pendaki memberi jawaban palsu. Ada juga yang jujur.
Jadi, buat teman-teman yang bercita-cita tinggi jadi pendaki gunung, jika nanti di lokasi kalian bertanya tentang berapa lama lagi untuk sampai ke puncak, jangan mudah percaya jika diberi jawaban yang kedengarannya gampang. Kemungkinan besar itu cuma bohong. Meski demikian tidak ada larangan untuk bertanya-tanya. Nggak semua pendaki memberi jawaban palsu. Ada juga yang jujur.
Tentang puncak gunung pada saat pendakian, sebenarnya tanpa perlu ditanya letaknya masih jauh atau tidak, yang penting dijalani saja walau pelan-pelan, percayalah nanti pada waktunya pasti akan tercapai juga. Kuncinya, sabar, sabar dan sabar! Happy Travelling.
8 komentar untuk "Waspadalah Ketika Mendaki Gunung, Banyak Pendaki yang Tega Membohongi Pendaki Lain"
lhawong saya aja sering bohongin orang yang sedang naik gunung!...
Orang2 biasa bilang 20 menit lagi sampe, lah saya masih dibawah orng udah tak bilangin bentar lagi sampe mas..sampe keringetmu ngocos!
tambora udah belum?
salam kenal y dr NTB..
Silakan berkomentar dengan tertib dan sopan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.