Zuck Linn #1: Bangun Siang Kepagian
#1 Bangun Siang Kepagian
07:26
Mata Zuck yang tadinya menyipit-nyipit menahan kantuk, langsung terbelalak begitu melihat angka itu di jam tangan digital-nya. Bergegas ia singkirkan selimut dan duduk dari tidurnya. Ia kesiangan! Ini gara-gara tadi malam nonton bareng liga Champions Afrika sampai jam dua pagi. Sudah begitu karena malas pulang, ia terpaksa menginap di rumah Jabon.
Padahal tadi malam sebelum tidur, Jabon sudah setuju saat Zuck meminta dibangunkan jam enam. Tapi bahkan sampai lebih jam tujuh saat ini, sahabatnya itu masih terlelap sambil mengeloni guling.
"Bon! Bangun," Zuck mengguncang badan Jabon berulang-ulang.
Perlahan badan Jabon bergerak. Posisi tidurnya berubah telentang, kemudian mengulet tapi dengan mata masih terpejam.
"Bangun, Bon. Mana nih janjinya mau bangunin aku? Ayo cepet bangunin!" tagih Zuck kembali mengguncang-guncang tubuh Jabon lebih bertenaga.
"Apaan sih? Gangguin orang aja," protes Jabon setengah sadar, memancal selimut dan menariknya hingga menutup sekujur tubuh, lalu tak bergerak lagi persis jenazah.
"Bon...." Zuck melongo tak percaya. "Gara-gara kamu nggak bangunin aku jadi kesiangan bangun pagi."
"Justru gara-gara kamu hari ini aku jadi bangun siang kepagian!" balas Jabon mengeluarkan protes dari dalam selimut.
"Huh! Dasar nggak bisa diandelin. Tau gini mending tadi malam nge-set alarm aja!" omel Zuck melempar Jabon dengan sarung bantal beserta isinya, kemudian tergopoh-tergopoh meninggalkan kamar.
Pagi yang telah benderang menyambut Zuck begitu ia membuka pintu. Suasana sudah cukup sibuk. Dari tetangga kanan kiri terdengar suara-suara mesin kendaraan tengah dipanasi. Di jalan juga sudah banyak orang berlalu lalang dengan urusan masing-masing.
Tergesa Zuck mengeluarkan RX-King-nya dari garasi rumah Jabon. Tergesa juga ia mengengkol-engkol motor itu dan baru hidup pada engkolan kedelapan belas. Lalu tanpa sempat dipanasi, langsung dipacunya pulang dengan kecepatan tinggi. Ia harus menang melawan waktu. Setelat-telatnya setengah jam dari sekarang, ia harus sudah berada di kampus. Ada kuliah algoritma dan pemograman yang dibawakan Pak Kamal, dosen yang tak pernah mengampuni mahasiswa yang jika masuk kelas lebih terlambat darinya!
Dalam perjalanan, di tengah konsentrasinya menyetir, Zuck merasa mendadak ban belakang motornya berat dan sedikit oleng. Dengan perasaan was-was Zuck menginjak rem dan melepas tarikan gas.
Dalam perjalanan, di tengah konsentrasinya menyetir, Zuck merasa mendadak ban belakang motornya berat dan sedikit oleng. Dengan perasaan was-was Zuck menginjak rem dan melepas tarikan gas.
Dan benar saja, saat ia turun untuk memeriksa, ia menemukan sebuah paku tertancap di ban!
Bugh! Spontan Zuck menendang ban motornya saking kesalnya. Motornya diam saja tak melawan, justru ujung sepatu Zuck yang sukses jebol menganga.
"Sial!" Emosi Zuck bertambah parah. Kali ini jok motor yang jadi sasaran. Ditamparnya keras hingga meninggalkan bekas tangan.
"Huft!"
Sesaat Zuck menghela napas panjang. Tiba-tiba ia merasa kasihan. Ini bukan salah motornya. Ini resmi salah Jabon! "Kenapa dia ingkar sama janjinya bangunin aku? Kenapa dia nggak melarangku nginep di rumahnya?! Kenapa?!" omel Zuck mendongak ke langit.
Setelah mengusap-usap bekas tamparan di jok dengan perasaan haru, Zuck menuntun motor malang itu berjalan di sisinya. Ia berharap ada tukang tambal ban yang sudah buka praktek sepagi itu. Beruntung tidak terlalu jauh dari TKP, ia menemukan apa yang diharapkannya tersebut.
"Enggak, enggak! Jelas-jelas ban udah bocor begini masa masih merasa beruntung?! Apaan?! Ini tetap sial. Apes!" Zuck terus mengoceh menyalahkan keadaan. Malah sempat muncul pikiran buruk, bahwa tukang tambal ban itu yang sengaja tebar paku di jalanan.
Baca Juga: Hiroshima Hancur Karena Bom, Warung Hancur Karena Bon
Baca Juga: Hiroshima Hancur Karena Bom, Warung Hancur Karena Bon
Dan menunggu ban motornya ditambal, Zuck pergi ke sebuah toko di sebelah bengkel. Kondisi keuangannya yang sangat payah, membuatnya hanya mampu membeli sebiji air minum kemasan gelas. Plastik penutupnya Zuck sobek lebar-lebar, lalu memanfaatkan sebagian besar isinya untuk cuci muka, sementara sisanya Zuck minum hingga tetes terakhir. Setelah itu ia duduk di trotoar depan toko. Wadah air minum yang telah kosong diletakkan begitu saja di depan kakinya.
Tapi kurangnya tidur, kegelisahan diburu waktu, serta perasaan kecewa akibat kekalahan tim jagoannya tadi malam, membuat tampang Zuck tetap berantakan dan tak sedap dipandang meski sudah dicuci dengan air mineral. Lusuh!
Tampang lusuh itu masih ditambah dengan cara berpakaiannya yang sangat tidak modis. Berupa jaket hitam kekuning-kuningan karena kusam, serta bawahan celana jeans lecek yang pada bagian dengkulnya sengaja disobek-sobek. Sepatunya juga sudah usang dan tampak koyak hasil dari menyepak ban motor tadi. Dengan tampang dan penampilan seperti itu, sebenarnya Zuck lebih terlihat seperti gelandangan kepagian daripada seorang manusia biasa. Serius. Ngakunya saja mahasiswa!
Tak lama berselang, Zuck melihat sebuah motor matic berhenti di depan toko. Pengendaranya yang seorang cewek berbusana SMU itu turun mendatangi toko.
"Bang, ada pulsa?"
"Tapi yang elektrik habis. Tinggal yang vouceran."
"Nggak masalah, Bang. Pulsa kiloan juga nggak apa-apa, yang penting pulsa saya keisi. Butuh cepet nih," kata remaja paruh baya itu tersenyum begitu manis.
"Ck! Udah cantik, ada cacatnya pula," Zuck sampai berdecak kagum dan bergumam tanpa sadar menyaksikan senyum itu. Selain manis, dilengkapi juga dengan lesung pipi yang imut dan menggemaskan.
Si cantik mengeluarkan dompet mewah dari dalam tas sekolah. Dibuka perlahan dan matanya tampak mencari-cari sesuatu di dalamnya. Tapi ia menggeleng. Zuck menduga mungkin isinya poundsterling semua, sehingga tidak laku digunakan di toko kecil seperti itu. Dompet itu kembali ditutup dan diletakkan begitu saja di antara tumpukan snack. Cewek itu merogoh tas sekali lagi mengambil dompet cadangan. Dari dompet ke dua itulah, ia berhasil mengambil selembar uang dan diserahkan ke pemilik toko.
Setelah pulsanya terisi, ia tampak menghubungi seseorang, berbicara, tertawa-tawa, dan Zuck tidak sudi memperhatikannya lagi. Bodo amat! Nasibnya sendiri masih belum jelas. Waktu kuliah tinggal tidak sampai setengah jam, sementara ia masih bengong di pinggir jalan menanti ban bocornya ditambal.
"Arghhh..." Zuck tertunduk lesu mengacak-acak kepalanya menumpahkan kekesalan. Rambutnya semakin semrawut. Ada yang mencuat ke langit, ada yang ambruk menutupi wajah, ada juga yang rontok bersama ketombe ke permukaan tanah.
KLIK!
Zuck sedikit kaget. Menengok ke sumber suara. Mendadak ia merasa hina. Ia tersinggung. Ingin marah. Gelas kosong bekas air minumnya tadi, baru saja dijatuhi dua buah koin limaratusan oleh seseorang! Zuck mendongak, ingin tahu siapa yang barusan telah dengan kejam menganggapnya sebagai pengemis! Terlihat, cewek yang tadi membeli pulsa pergi dari arah dirinya. Pasti dia!
Tapi belum sempat Zuck berbuat sesuatu untuk mengembalikan nama baiknya, cewek itu sudah melesat pergi dengan motor matic-nya.
Tanpa sengaja mata Zuck melihat dompet cewek tadi masih tertinggal di antara tumpukan snack. Zuck deg-degan. Setelah celingak-celinguk memastikan tak ada orang melihat, Zuck memungut uang santunan di dalam gelas, kemudian dibawanya kembali ke toko.
"Bang, beli ketumbar seribu," kata Zuck modus mengalihkan perhatian sang pemilik toko.
Si Abang menuju rak rempah-rempah. Di saat itulah, dengan gesit Zuck menyambar dompet cewek tadi yang tertinggal. Lima detik kemudian barang tersebut telah aman di balik bajunya.
"Nih, Bang," Zuck membayar pembelian ketumbar.
Entah karena curiga duit receh dari Zuck uang palsu atau apa, si pemilik toko tampak mengamati uang itu cukup lama.
"Ini kok mirip duit kembalian saya untuk anak SMA tadi?"
Zuck pura-pura tak mendengar dan buru-buru pergi.
17 komentar untuk "Zuck Linn #1: Bangun Siang Kepagian"
penggemar emyu kalo sering menang.
wkwkwkkw
suka ama cerita abang.
good job
Awal baca udah cinta sama ceritanya😍
Gmna tuh ada bijinya air minum..
Silakan berkomentar dengan tertib dan sopan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.