Zuck Linn #10: Cerita Pagi di SPBU
#10 Cerita Pagi di SPBU
Hari demi hari Zuck dan Linn semakin akrab dan kerap bertemu. Salah satunya pagi ini, Zuck yang ada jadwal kuliah pagi, sambil berangkat ke kampus sengaja membututi Linn yang sedang isi ulang pertamax. Akhirnya mereka nongkrong dulu di emper toilet SPBU.
"Beneran kuliahnya ambil sastra mesin?" tanya Linn melirik Zuck.
"Nggak benerlah. Belum ada jurusan itu," Zuck nyengir tidak penting. "Sebenernya aku ambil komputer."
"Ambil komputer? Berarti...
"Tapi bukan maling," penggal Zuck yang paham ke mana arah pembicaraan Linn.
"Hahaha!"
"Ambil komputer. Jurusan Tehnik Informatika."
"Emangnya nggak capek? Main bola, kuliah, jadi orang ganteng?" tanya Linn yang sudah mulai berani mengatakan apa saja kepada Zuck.
"Malah aku ngeband juga. Nama band aku Gebrak Band. Kelak aku ingin menjadi programmer, pemain bola, musisi dan suaminya kamu, hehe."
"Kemaruk!"
"Kayak sendirinya enggak."
"Aku kemaruk apaan?"
"Tuh cantik diambil sendiri. Nggak kasian apa sama yang lain?"
"Ah kamu bisa aja," Linn memukul lengan Zuck. Zuck meringis pura-pura kesakitan sambil memegangi kakinya. Linn terpaksa tertawa. Zuck sudah berusaha melawak, kasihan kalau tidak diapresiasi. "Padahal nggak lucu banget! Yang dipukul lengan, masa yang kesakitan unyeng-unyeng?! Huh!" batin Linn mangkel.
Baca Juga: Sejuta Pesona Pantai Papuma Jember
Linn melihat jam tangannya sebentar, lalu beralih memandang Zuck. "Mas."
Zuck terhenyak sesaat. Balas menatap gadis di sebelahnya itu lembut dan cukup lama.
"Kenapa?" Linn salah tingkah.
"Barusan manggil apa?" tanya Zuck.
Linn tertunduk, tak berani menjawab tak berani menatap.
Zuck tersenyum nakal. "Tau gak? Yonah manggil aku 'Mas'. Dewik juga. Tapi saat kamu yang melakukannya barusan, rasanya tuh beda banget."
"Bedanya apa?"
"Emm... Ya beda aja," Zuck sulit menjelaskan.
"Tadi katanya beda banget. Kok sekarang beda aja?"
"Aduuh... Kalau kamu yang manggil, terdengar lebih manis dan istriable."
"Halah!"
"Beneran. Coba ulang lagi deh kalau gak percaya."
"Enggak mau."
"Kok gitu? Ayolah ulangi 5 kali aja."
"Enggak ah. Malu."
"Malu sama siapa? Cuma aku dan kamu di sini. Nggak ada siapa-siapa."
Linn mencuri pandang malu-malu. "Ada."
"Mana?" Zuck menoleh mencari-cari.
"Emang Mas nggak ngerasa, kalau di antara kita ada Cinta? Hahaha..." Linn menutup mulut dengan tas selempangnya. Tidak mengira berani berkata selancang itu.
Zuck tertawa. Ia juga tidak mengira bisa terkena jebakan basi seperti itu.
"Tapi aku gak ikut-ikutan Yonah sama Dewik kok. Aku punya alasan sendiri. Bagiku, 'Mas' itu singkatan dari 'Masa depankuh..." lanjut Linn menatap Zuck sebentar, lalu tertunduk sambil tangannya meremas-remas tas.
"Ah kamu bisa aja," Zuck tersipu sambil memukul lengannya sendiri, lalu dengan noraknya pura-pura kesakitan memegangi kakinya.
"Hahaha dasar ganteng!"
Tapi tak lama kemudian, seorang petugas SPBU datang dan tanpa basa basi mengusir Zuck dan Linn. Akhirnya dengan berat hati, mereka berpisah memilih jalan sendiri-sendiri. Zuck ke kampus, Linn ke sekolah, petugas SPBU terserah ke mana!
--~=00=~--
"Tumben telat?" komen Yonah melihat Linn tiba di kelas tidak sepagi biasanya.
"Tadi nggak sengaja ketemuan dulu sama Mas Zuck."
Perasaan Yonah mulai curiga mendengar jawaban tenang Linn. Jangan-jangan Linn benar-benar menyukai Zuck. Wah gawat!
"Keseringan ketemu nanti naksir lho lama-lama," Dewik coba menakut-nakuti.
Linn menoleh ke arah Dewik. "Nggak perlu nanti, dari kemarin udah naksir kok, Wik. Hehe..."
"Pret!" cibir Yonah.
"Jangan pret dong, Yonah. Ini beneran," kata Linn kali ini ganti memandang Yonah.
"Apa kabar dengan Rein?"
"Aku pilih Mas Zuck banget. Boleh kan, Yonah?" pinta Linn sedikit malu-malu. "Aku janji akan berubah."
"Terserah! Tapi sebaiknya kamu siap-siap patah hati aja. Soalnya kamu bukan tipenya Mas Zuck," jelas Yonah. Sebagai adik, ia hapal banget kriteria Zuck adalah perempuan-perempuan dewasa, yang umurnya di atas Zuck atau paling tidak sepantaran.
"Nggak apa-apa nggak masuk tipenya. Yang penting aku masuk cita-citanya," jawab Linn penuh percaya diri.
Yonah dan Dewik saling pandang Linn dengan tampang kepo.
"Tadi dia bilang, kelak ingin menjadi programmer, pemain bola, musisi dan suaminya aku," jelas Linn polos dan apa adanya.
"Arghh!!! Trus kamu percaya?! Haduh! Dia itu emang suka gombal ke mana-mana, Linn! Kadang posyandu aja digombali."
"Biarin cuma gombal. Yang penting aku seneng. Hehe..."
"Dia itu sukanya sama cewek yang keibuan," Yonah berusaha terus mengingatkan.
Sejurus Linn hanya melongo tak mengerti. "Yonah. Apakah menurutmu aku terlihat kebapakkan?"
"Maksudnya cewek-cewek dewasa!"
"Aku juga udah dewasa. Buktinya setiap kita masuk ke tempat wisata, aku udah kena tarif 20 ribu?"
Yonah berdiri berkacak pinggang. "Linn ntar pulang sekolah ada waktu luang nggak? Aku pengen kita bertengkar."
"Hahaha!"
"Susah emang ngomong rakyat!" semprot Yonah.
Tawa Linn bertambah kencang. Dewik yang hanya menoton dua temannya itu berdebat, sesekali juga ikut tertawa jika diperlukan.
"Selain itu, Mas Zuck juga belum bisa move on dari mantannya yang namanya Wanda. Kalau lagi ngobrol sama aku, dia masih sering cerita-cerita tentang Mbak Wanda," lanjut Yonah setelah kembali duduk.
Kali ini Linn tak bisa tertawa. Beberapa saat ia justru termenung. "Kamu gak usah khawatir, Yonah. Itu tugasku. Akan kubuat Mas Zuck lupa sama perempuan yang namanya Wanda itu!"
Kali ini Yonah mulai percaya Linn benar-benar menyukai Zuck.
"Kok bisa sih kamu naksir Mas Zuck? Aneh," tanya Yonah heran.
"Anehnya di sebelah mana? Aku wanita, sedangkan dia pria. Ini masuk akal kan? Yang aneh itu kalau aku naksirnya ke kamu."
"Biasanya kan kamu sukanya sama yang ganteng-ganteng!" Yonah bergidik.
"Dia juga ganteng!" bela Linn. Baginya malah bukan ganteng biasa, tapi ganteng plus-plus, ganteng-ganteng seringgila.
"Mas Zuck ganteng?" kening Yonah serta merta mengernyit. Dia sendiri, biar ditodong ketapel, ogah mengatakan kakak semata wayangnya itu ganteng.
"Wajar kok kalau menurutmu dia nggak ganteng, soalnya kan kamu ngeliatnya bukan dengan mataku."
"Wahaha," Dewik spontan tertawa.
Sampai di sini, Yonah sudah yakin Linn memang menyukai Zuck. Tapi Yonah juga tetap yakin, cinta Linn akan bertepuk sebelah tangan. Linn yang masih remaja labil dan pecicilan ini, jelas jauh di luar kriteria Zuck. Jauh banget! Kayak Anyer - Panarukan.
--~=00=~--
Selanjutnya Zuck Linn #11: Rasa Itu
Posting Komentar untuk "Zuck Linn #10: Cerita Pagi di SPBU"
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan tertib dan sopan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.