Widget HTML #1

Zuck Linn #29: Gebrack Band Bubar!

Novel online lucu


#29 Gebrack Band Bubar!

Di atas kasur yang spreinya bergambar Satria Baja Hitam, Linn gelisah tidak bisa berhenti memikirkan hubungannya dengan Zuck yang semakin rumit dan runyam. Linn merasa sekarang Zuck sudah berubah menjadi mahluk yang egois. Jelas-jelas dia yang bersalah, tapi merasa tidak dan malah berbalik menyalahkan.

Andai saja malam ini Zuck tiba-tiba muncul, surprise kayak dulu masa-masa pedekete, meminta maaf atas marah-marahnya tadi pagi, setelah itu mengajaknya keluar malam mingguan...

Dush! Linn buru-buru mengusir angan-angan itu dari pikirannya. Mustahil itu terjadi. Malam ini Zuck pasti lebih mementingkan band-nya yang tak seberapa itu. Linn kembali tak percaya Gebrak Band punya aturan melarang personilnya punya pacar. Ya, itu pasti cuma akal-akalan!

Atau... Tiba-tiba muncul kecurigaan lain dalam benak Linn, jangan-jangan Zuck tidak ingin teman-teman bandnya tahu bahwa ia punya pacar? Malu karena pacarnya masih ABG? Buktinya waktu itu, saat bertemu salah satu personil Gebrak, Zuck tidak mengakuinya sebagai pacar? Cuma dikenalkan sebagai adik.

Linn mengacak-ngacak sprei dan menendang guling hingga terpental melampiaskan kesal. Malam minggunya terasa semakin hampa. Ada sedikit penyesalan kenapa tadi menolak ajakan Yonah nonton Stand Up Comedy.

Handphone-nya berdering. Semula Linn berharap itu Zuck, tapi ternyata nama Rein yang tertera di layar.

"Tumben mau angkat?"

"Nggak sengaja kepencet," sahut Linn cuek.

Terdengar Rein tertawa. "Sepi banget. Lagi di rumah ya?"

"Iya. Sepi."

"Di Andalas Cafe ramai lho, ada Stand up Comedy. Bintang tamunya dari ibu kota."

"Kalau itu maksudnya mau ngajak aku ke sana, maaf Rein, aku nggak mau."

"Oh iya, Linn, tadi siang kamu nanya tentang band anti pacaran kan? Tau nggak, aku baru saja menemukan fakta mencengangkan tentang band seperti itu. Aku punya cerita menarik tentang band anti pacaran."

"Serius kamu? Gimana ceritanya?" Linn langsung antusias.

"Panjang ceritanya. Ayo deh kita ke kafe. Ntar aku ceritain."

Modus Rein kali ini berhasil. Linn langsung terdiam bimbang. Linn merasa sangat bersalah kepada Yonah dan Dewik andai menerima ajakan Rein ini, mereka tidak jadi pergi gegara tadi ia tidak mau diajak. Namun Linn penasaran dengan band anti pacaran yang akan Rein ceritakan. Selain itu ia juga sedang suntuk banget di rumah!

"Yaudah jemput," akhirnya Linn bersedia.

"Okay," sahut Rein riang.

--~=00=~--

Hampir mirip dengan malam minggu lalu, Zuck tiba di markas Gebrak dalam kondisi pintu masih terkunci dari luar. Bedanya malam ini di bangku beranda cuma ada Dade.

"Jabon belum datang?" tanya Zuck.

"Bahkan Woko juga," jawab Dade.

"Gimana mau maju, ketuanya aja makin nggak jelas gini," gerutu Zuck mengetahui Jabon yang lagi-lagi belum muncul, padahal malam minggu kemarin sudah tidak muncul sama sekali.

Zuck duduk berdampingan dengan Dade menunggu rekannya yang lain. Dalam hatinya berultimatum, jika dalam tempo 2x5 menit ke depan Jabon tak juga datang, ia akan angkat kaki dari tempat ini!

"Eh, Zuck, malam minggu kemarin sepulang dari sini itu, gue terkejut ketemu Nivi di mall."

"Iya trus kenapa? Maksudnya pamer biar aku iri?"

"Tapi gue yakin, lu juga pasti terkejut kalau waktu itu ngeliat dia. Soalnya dia jalan sama cowok."

"Yaelah, Dade! Di mall cewek jalan sama cowok kan lumrah. Harus ya terkejut? Nggak penting banget!"

"Masalahnya cowoknya itu Jabon. Ketua band kita!"

"Hah?!" Zuck kaget. "Aku terkejut, De!"

"Bodo amat!"

"Tapi kamu yakin nggak salah lihat?"

"Enggak!" jawab Dade memperlihatkan mimik sungguh-sungguh. "Dan mereka jalannya kayak truk gitu. Gandengan."

Pantes! Terjawab sudah penyebab malam minggu lalu Jabon tidak datang. "Trus kamu cuma terkejut doang? Nggak ngelabrak dia atau gimana?"

"Nggak berani. Kalau kulabrak, Jabon pasti langsung balas melabrak. Soalnya waktu itu gue juga bawa gebetan."

Sekali lagi Zuck terkejut. Memandang Dade penuh tanda tanya.

Animasi gambar grup band musik

"Sorry, Zuck. Gue udah lama mengejar gebetanku ini. Begitu dia mau, gue mending dikeluarin dari Gebrack ketimbang nyia-nyiain dia," ucap Dade dengan wajah ingin dimengerti.

Percakapan mereka terhenti. Jabon dan Woko baru saja tiba pada waktu yang nyaris bersamaan.

"Masih di luar?" basa basi Jabon yang 100% basi banget.

"Trus menurut kamu harus masuk lewat mana? Pipa jamban?!" tanya Zuck bengis.

Jabon hanya cengar-cengir sambil buru-buru membukakan gembok. Setelah pintu terbuka, keempatnya masuk secara tertib dan teratur. Jabon mengambil gitar dan duduk di kursi pangkas.



"Tentang vokalis, aku sebenarnya udah menemukan talenta muda yang menurutku cocok mengisi kursi vokalis band kita," kata Woko yang baru saja duduk di bangku tunggu. Di sebelahnya, ada Zuck yang duduk ngangkang dengan muka keruh.

"Di mana?" tanya Jabon. Ia mulai memainkan gitarnya dengan irama tak teratur.

"Di sebelah rumah. Kebetulan dia tetanggaku. Tiap mandi sambil nyanyi-nyanyi dan kedengeran sampai rumah. Suaranya bagus banget. Seluruh keluargaku bahkan menyukainya. Kadang sebelum dia mandi, aku suka request lagu dulu. Cuma sayangnya dia masih di bawah kita. Anak SMA," jelas Woko panjang lebar.

"Nggak apa-apa. Jangan dilihat dari berapa usianya, tapi lihat dari apa yang mampu dilakukannya di usia tersebut."

"Aku juga mikirnya gitu. Makanya tadi sore kutawari gabung ke Gebrack. Pertamanya sih dia mau banget, tapi pas kuberitau persyaratan nggak boleh pacaran itu, dia langsung nggak jadi!"

Tak ada yang menanggapi. Topik anti pacaran sepertinya sedang menjadi hal yang sensitif di internal Gebrack. Semua langsung terdiam begitu menyinggung soal itu. Hanya Jabon yang terlihat sok asik terus bermain gitar.

"Bon!" panggil Zuck sedikit keras.

Tanpa menghentikan permainan gitarnya, Jabon menoleh ke arah Zuck.

"Beneran kata Dade, malam minggu kemarin kamu gandengan sama Nivi?" Zuck mulai mengintrogasi.

Genjrengan gitar Jabon terhenti. Wajahnya terlihat agak kaget. Ditolehnya Dade, tapi Dade pura-pura serius mengamati cicak di dinding sambil bersiul-siul lirih. Jabon kembali menatap Zuck, lalu tersenyum berusaha menguasai diri. "Dade salah liat kali, aku waktu itu sama Nivi gak gandengan kok, tapi gendongan."

"Kami bertiga boring nungguin kamu di sini, kamu justru jalan sama cewek?!" serobot Zuck mulai berang. Hubungannya dengan Linn sedang bermasalah, juga gara-gara malam minggu kemarin bela-belain tidak menemaninya ke pesta ultah demi Gebrack, tapi sang pentolan justru enak-enakan menggandeng cewek?!

"Kenapa? Kamu cemburu?" tanya Jabon santai.

"Najis!" sahut Zuck sengak. "Jadi apa gunanya kesepakatan anti pacaran kita selama ini?!"

Jabon menelan ludah. "Hampir gak ada gunanya! Soalnya ada di antara kita yang sudah lebih lama mengingkari kesepakatan itu. Diam-diam dia pacaran sama ABG!"

"Siapa yang kamu maksud?" suara Zuck melunak, perasaannya mulai tak enak.

"Drummer kita! Drummer kita itu diam-diam jadian sama cewek SMA, teman adiknya."

Zuck tergagap. Ia langsung menjadi pusat perhatian Dade dan Woko.

"Itu beneran?" tanya Woko.

"Banget! Bahkan mungkin saking takutnya ketahuan, aku pernah lihat mereka pacarannya di kuburan," jelas Jabon memandang Dade dan Woko.

Dade tertawa. Woko hanya tersenyum, kuat dugaannya, cewek SMA yang dimaksud Jabon adalah yang bersama Zuck saat ketemu di warung bakso bapaknya beberapa waktu lalu.

"Kamu ngikutin aku?" tanya Zuck dengan muka memerah.

"Dih! Enggak banget."

"Trus ngapain di kuburan?"

"Emm... Biasa. Nyari inspirasi."

Zuck melengos. Kalau selama ini Jabon sudah tahu dia berpacaran dengan Linn, kenapa dibiarkan saja, tidak diberhentikan dari Gebrack?

"Kok baru sekarang dibongkar?" Dade ternyata juga heran.

"Kasihan Zuck. Dia begitu bahagia sama pacar barunya. Sebelum itu dia sering galau kepikiran mantan. Lagian juga gak ngeganggu band. Buktinya tiap malam minggu dia selalu hadir."

Dengan sedikit emosi Zuck menoyor pundak Jabon. Jabon tertawa puas. Waktu itu ketika Zuck mau pangkas rambut, Jabon curiga melihat Zuck khusyuk main HP sambil terus senyum-senyum. Ketika Zuck ke toilet, diam-diam Jabon memeriksa HP Zuck yang sedang dicas. Beruntung sebelum ke toilet, Zuck baru saja menggunakannya, sehingga kunci otomatisnya belum bekerja. Dan dari sana, Jabon mengetahui rencana jalan sore-sore Zuck dan Linn. Jabon pun melakukan pengintaian hingga mengikuti mereka ke kuburan.

"Aku minta maaf sama kalian semua," kata Jabon memandang ketiga temannya sekaligus. "Aku membuat aturan anti pacaran itu sejujurnya gara-gara Zuck. Kupikir waktu itu Nivi lebih memilih Zuck. Visi misiku membuat peraturan itu sebenarnya untuk menjauhkan Zuck dan Nivi. Aku gak ingin mereka jadian."

Mendengar itu ketiga rekannya terperangah. Zuck yang paling parah. Tak mengira dirinya yang menjadi penyebab lahirnya peraturan larangan pacaran.

"Jahat banget lu," kata Dade.

Jabon justru terkekeh. "Nggak juga. Aku aja yang terlalu cemburu. Padahal Nivi nggak ada perasaan apa-apa ke Zuck. Beberapa waktu lalu Nivi cerita, yang waktu itu mereka pergi berdua, sebenarnya Nivi ngajak Zuck ke persentasi bisnis MLM-nya."

"Yang bener? Huahaha..." Dade tertawa.

Zuck tak bereaksi. Hanya dalam hatinya terus memaki-maki mengetahui semua aibnya terbongkar.

"Masih marah aku jalan sama Nivi?" tanya Jabon dengan sebuah senyuman pongah.

Zuck balas menyeringai. Ia membentuk lengkung senyum yang meremehkan martabat Jabon. "Gak penting! Aku sudah punya Linn, yang jauh lebih muda dan molek."



"Nivi lebih cantik dan PNS."

"Linn punya lesung pipi."

"Nivi juga punya 4, tapi nggak ada yang tau."

"Berarti kita bertiga sangat bersalah sama Woko, kayaknya cuma dia satu-satunya yang mematuhi larangan pacaran itu," kata Dade memotong perdebatan kampungan Zuck dan Jabon.

"Iya, Ko. Ampuni aku. Sejujurnya, cewek yang bersamaku pas kita ketemu di warung bakso itulah pacarku," Zuck sungkem di hadapan Woko yang tengah menunduk.

"Aku juga minta maaf. Lagian, biar gak ada larangan anti pacaran, belum tentu kamu punya pacar," Jabon giliran meminta maaf.

Woko mengangkat wajah, wajah itu kemudian menggeleng-geleng. "Setelah semuanya, mudah saja kalian minta maaf? Gak bisa gitu. Seenggaknya kalian harus mendapat hukuman."

"Dihukum? Maksud kamu, kami mau didepak dari Gebrak?" Jabon tak percaya.

"Woko, aku rela dihukum ganteng!" Zuck menyahut pasrah.

"Enggak gitu. Hukumannya hari rabu nanti kalian bertiga harus mau nemenin aku ke kelurahan Pantai Raja," kata Woko tenang.

"Ngapain?" tanya Jabon cepat. Pertanyaan yang juga ingin ditanyakan Dade dan Zuck seandainya tidak kalah cepat.

"Aku... Aku mau lamaran..."

"Hah?!", "Serius?!", "Wah ngajak bercandanya kelewatan." Ketiga kata itu dikatakan Jabon, Dade dan Zuck secara berurutan.

"Sekitar dua bulan lalu, ayah ngenalin seorang gadis desa. Karena cocok, gak perlu lama-lama rabu besok kami akan bertunangan."

"Ah sapi lu! Pantesan minggu kemarin lu pangen banget aturan larangan pacaran dihapus," Dade menjitak sayang kepala Woko.

"Kutu kupret!"

"Sempak drakula!"

Zuck, Jabon dan Dade masih tak terima dan tak menyangka Woko akan bertunangan. Sosok yang selama ini mereka pandang sebelah mata dalam soal percintaan, tiba-tiba justru mau mendahului. Hingga beberapa menit, Woko masih banjir makian dari ketiga rekannya.

Dengan demikian, larangan punya pacar di band Gebrack secara tidak resmi sudah tidak berlaku lagi.


--~=00=~--


Selanjutnya Zuck Linn #30: Putus!

Posting Komentar untuk "Zuck Linn #29: Gebrack Band Bubar!"