Zuck Linn #32: Maaf Yang Tak Sampai
Sebelumnya Zuck Linn #31: Siapa Scandiva?
#32 Maaf Yang Tak Sampai
Senin paginya, Linn menyusuri koridor sekolah dengan langkah kurang gairah kayak orang kena anemia stadium 4. Dan langkah itu semakin memelan ketika melewati depan kelasnya sendiri. Dari kaca jendela ia memperhatikan situasi di dalam. Yonah dan Dewik terlihat sedang berbicara serius entah membahas apa. Linn memasuki kelas dan sedikit ragu-ragu menggabungkan diri dengan mereka.
Mengetahui kedatangan Linn, Yonah dan Dewik serempak menghentikan pembicaraan. Beberapa saat keheningan menyelimuti ketiganya.
"Aku minta maaf," Linn buka suara.
Yonah menghela napas. Membuang pandangan ke luar kelas. Sementara Dewik tak ingin ikut campur, pura-pura serius membaca kamus bahasa Thailand.
"Yonah," panggil Linn pelan.
"Kamu udah sangat ngecewain aku, Linn. Jadi maaf, aku nggak bisa begitu saja maafin kamu."
"Iya, aku maafin," Linn duduk di sebelah Yonah. "Kamu juga maafin aku kan?"
"NGGAK USAH BECANDA! NGGAK LUCU!!!" Yonah spontan membentak keras sekali.
Linn terkejut. Tidak menyangka Yonah akan sekasar itu padanya. Duduknya beringsut menjauh.
"Kamu udah bohongi aku, bohongi Dewik. Mas Zuck kamu permainkan! Dan secara nggak langsung kamu juga mempermainkan Rein. Kamu bener-bener jahat tau nggak?!"
Mata Yonah melotot marah. Linn tertunduk bisu. Dewik menatap iba ke arah keduanya. Ia meremas pundak Yonah. Berharap sahabatnya itu bisa lebih bersabar.
"Dulu aku udah kuatir, kalau kamu jadian sama Mas Zuck, trus di saat hubungan kalian berakhir, akan mengakhiri juga persahabatan kita. Sekarang terbukti. Iya, sekarang terbukti. Gara-gara semua itu persabatan kita rusak!"
Linn sesenggukan. Menatap Yonah berkaca-kaca. "Tapi hubunganku sama Mas Zuck belum berakhir...
"Tapi akan segera berakhir! Aku nggak sudi Mas Zuck punya pacar pembohong kayak kamu!" sela Yonah, masih dengan nada keras yang sama.
"Aku tidak bermaksud seperti itu...
"Argh bodo! Empet aku sekarang sama kamu!" Yonah berdiri dan bergegas keluar kelas.
Dewik berdiri berniat menyusul Yonah, tapi niatnya tertahan melihat air mata Linn mulai menetes satu-satu.
"Aku nggak tau harus gimana, Linn," ucapnya serak, dipegangnya pundak Linn.
Linn menggerakkan badan, mengusir cantik tangan Dewik dari pundaknya.
"Maafin aku..." sambung Dewik.
"Ngapain kamu minta maaf sama dia?!" teriak Yonah dari luar. Dia belum terlalu jauh dari kelas, sehingga apa yang dikatakan Dewik barusan terdengar cukup jelas.
Dewik hanya diam. Kemudian menyusul Yonah dengan langkah berat.
--~=00=~--
Dering nada panggilan yang tak henti-henti, sudah berubah fungsi seperti alarm yang membuat Zuck terbangun dari tidur siangnya yang kepagian. Karena tidak ada kuliah, tadi sekitar jam 10-an dia memutuskan untuk tidur. Membayar kekurangan tidur dua hari ini. Sayangnya baru saja ia mulai terlelap, kebisingan dering telepon yang terus menerus itu membuat tidurnya terusik.
Dengan rasa kesal bercampur malas Zuck mengambil ponselnya. Dan sesuai dugaannya, Linn-lah yang menelepon. Tapi Zuck tak berminat mengangkatnya. Ia masih sakit hati. Dibiarkannya saja berdering sampai capek sendiri.
Lalu ada pesan WhatsApp, juga dari Linn. Zuck melihat di layar androidnya-nya sudah ada 12 pesan WhatsApp berikut 5 panggilan tak terjawab semuanya dari Linn. Zuck membuka WhatsApp-nya. Bukan untuk membaca apalagi membalas pesan-pesan Linn. Hanya menulis sebuah status;
'Aku emang gak pantes bahagia kayak orang-orang. Tapi beginilah aku, biarpun miskin, tapi jelek, jadi masuk akal banget dia giniin aku!'
Dan biar genre galaunya semakin terasa, Zuck melengkapi tulisan tersebut dengan lima butir emoticon mewek. Terakhir setelah menganti foto profilnya dengan foto sedang mengiris-ngiris nadi pake sisir, Zuck mencopot aplikasi WhatsApp dari androidnya. Ia benar-benar tidak ingin Linn menganggu hidupnya lagi. Ia ingin tenang di alam sini.
Namun keinginannya ternyata tidak berjalan sesuai rencana. Hanya berselang setengah menit, ponselnya kembali mengeluarkan dering. Kali ini Zuck melihat bukan Linn yang mengontaknya, melainkan sebuah nomor lain yang ujungnya cantik 696969.
"Mau nipu pakai nomor lain? Huh males banget! Daripada mengangangkat telepon kamu, mending mengangkat derajat orang tua!" omel Zuck sendiri yang yakin banget bahwa nomor lain itu sebenarnya Linn.
Panggilan pertama tak ditanggapi, nomor itu kembali melakukan panggilan untuk kali kedua. Tapi Zuck tetap bergeming. Setelah empat kali memanggil tak satu pun mendapat jawaban, akhirnya nomor itu kirim pesan singkat.
'Angkat telepon aku plis...'
Zuck hanya membaca SMS itu di dalam hati. "Nggak mandiri banget nih cewek, masa ngangkat telepon sendiri aja nyuruh-nyuruh orang lain. Dasar manja!"
Sambil menyeringai jijik, Zuck meletakkan androidnya di meja belajar, lalu kembali ke kasur untuk melanjutkan tidur. Dan Zuck baru setengah memejamkan matanya, ketika kemudian ponselnya kembali menjerit.
"Kampret Kroasia!" damprat Zuck buru-buru bangkit dari tidur dan meraih smartphone-nya. Di layar terlihat nomor berujung 696969 itu yang kembali memanggil. Dengan perasaan kesal yang sedikit lagi mencapai klimaks, Zuck me-reject panggilan itu mentah-mentah. Kemudian mengatur nada dering ponselnya ke volume terendah biar nanti tidak mengganggu tidurnya lagi.
"Dikecilin gini nanti kalau ada temen kampus nelepon terus nggak kedengeran gimana hayoo?" batin Zuck ragu dengan keputusannya sendiri. Karena takut nanti kalau ada yang menghubungi tidak kedengaran, akhirnya Zuck tidak jadi mengecilkan volume nada dering, ia hanya mengubah mode ponselnya menjadi silent.
--~=00=~--
Selanjutnya Zuck Linn #33: Persahabatan Sejati
Posting Komentar untuk "Zuck Linn #32: Maaf Yang Tak Sampai"
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan tertib dan sopan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.