Touring Padang - Bukittinggi, Edisi Road Trip Lintas Sumatera Hari Ke-5, Sempat Kesasar!
Kembali melanjutkan kisah perjalanan touring sendirian sekaligus mudik pakai sepeda motor, yang aku mulai dari kota Sukadana, Lampung Timur (Lamtim). Hingga ke kampung halaman di Lipatkain, kabupaten Kampar, Riau. Solo touring ini saya lakukan dengan melewati jalur lintas barat (Jalinbar) Sumatera. Sedangkan kendaraan yang saya gunakan adalah motor All New Yamaha R15 V3.
Artikel ini akan bercerita tentang bagaimana keseruan road trip edisi hari ke-5, yang juga merupakan part yang kelima dari serial touring lintas barat Sumatera yang saya tulis secara bersambung di weblog ZUCKICI.COM ini. Apabila ketinggalan dengan episode sebelumnya dan ingin membacanya, sobat touring bisa Klik Disini.
Touring day ke 5 aku awali dari kota Padang, kota dimana saya istirahat bermalam pada touring hari keempat kemarin. Sementara untuk titik akhirnya nanti di kota Bukittinggi. Berdasarkan info dari Google Map, jarak tempuh Padang - Bukittinggi via Lembah Anai cuma 96 Km saja. Deket banget! Iya. Memang sengaja mau ambil jarak dekat saja di episode touring hari kelima ini.
Sebenarnya kalau mau yang agak jauh bisa lewat Solok. Padang - Bukitinggi via Solok ini jaraknya 125 Km. Dan bakal melewati tempat-tempat menakjubkan seperti danau Singkarak, dan jalur yang sangat terkenal di Sumbar bahkan di Indonesia, yaitu Sitinjau Lauik! Tapi waktu itu saya tidak lewat sana. Tapi Insha Allah di lain waktu, saya ingin touring melintasi jalur Danau Singkarak dan kelok Sitinjau Lauik tersebut.
Sengaja saya mengambil jarak dekat karena ingin lebih cepat sampai di kota Bukittinggi. Kemudian bisa puas jalan-jalan ke tempat-tempat menarik di sekitar kota kelahiran Bung Hatta tersebut. Sudah cukup lama saya memendam keinginan untuk bisa berdarmawisata ke kota Bukittinggi yang memang terkenal dengan berbagai destinasi wisatanya yang keren-keren. Jadi sayang banget jika nanti sampai di sana cuma sekedar lewat doang.
Alasan lainnya karena di touring edisi hari kelima ini saya bangun agak kesiangan. Keenakan tidur. Sehingga sekitar jam sembilanan saya baru memulai pertouringan. Belum lagi mau mewujudkan rencana kemarin sore yang sudah aku ceritakan di artikel sebelumnya. Bahwa sebelum meninggalkan kota Padang, saya ingin mampir ke beberapa tempat di ibukota Sumbar ini.
Pertama saya mampir ke masjid agung atau Masjid Raya Sumatera Barat, yang kalau aku lihat di foto-foto bentuknya bagus dan megah. Kubahnya khas rumah adat Minangkabau tidak seperti kubah masjid pada umumnya. Dan akhirnya saya memang singgah ke sana walau hanya sebentar. Malah saya sempat salah masuk ke areal parkir mobil. Karena untuk kendaraan bermotor roda dua, ternyata ada pintu masuknya tersendiri.
Selanjutnya aku mengunjungi kawasan pantai di tepi kota Padang ini. Ada Pantai Puruih Padang dan Pantai Padang Sumatera Barat atau sering disebut juga Pantai Teplau (Tepi Lauik). Cuaca saat itu sangat cerah, laut dan langitnya benar-benar biru. Panas matahari begitu menyengat padahal masih belum terlalu siang. Makanya tidak banyak pengunjung di pantai tersebut.
Kata salah satu warga yang aku tanyai, puncak keramaian pantai ada di sore dan malam hari terutama malam minggu. Di waktu-waktu tersebut, banyak orang berplesiran, baik sekedar nongkrong maupun makan malam sambil menikmati keindahan pantai. Karena di situ juga ada wisata kuliner malam. Selain sore dan malam, pagi hari juga sering ramai banyak orang berolahraga lari pagi. Kalau siang seperti ini emang lebih sepi karena panas!
Aku bela-belain mampir ke pantai Puruih dan pantai Teplau karena itu merupakan pantai terakhir yang ada di solo ride jalur lintas barat Sumatera yang sedang aku jalani. Jika touring hari pertama hingga hari keempat kemarin banyak melewati kawasan pantai, maka di riding hari kelima ini dan keenam besok sudah tidak akan ada pantai lagi. Tapi bukan berarti ke depan tidak ada pemandangan-pemandangan bagus lagi. Masih banyak, gaez!
Dan sebenarnya kalau mau terus mengikuti jalur lintas barat Sumatera hingga ke ujungnya di provinsi Aceh sana, bakal masih banyak pantai-pantai yang akan menghibur perjalanan touringer. Seperti di Sibolga, Tapaktuan, Meulaboh, Calang, hingga kota Banda Aceh. Akan tetapi aku nanti saat sudah di kota Bukittinggi, akan berbelok kanan melewati jalan Bukitinggi - Pekanbaru untuk menuju kampung halaman. Jadi tidak lagi lewat jalinbar.
Setelah cukup puas duduk-duduk dan foto-foto di pantai Puruih Padang, saya pun melanjutkan perjalanan untuk menuju kota Bukittinggi. Sambil berkendara, saya tolah-toleh cari warung buat sarapan. Setelah tadi malam cuma makan nasi goreng, pagi jelang siang ini aku pengen madang nasi Padang. Tapi anehnya, sudah sekitar tiga kilometer berlalu, saya tidak menemukan satu pun warung makan Padang yang sudah buka. Baik itu rumah makan besar maupun rumah makan sederhana. Kebanyakan masih tutup. Kalaupun sudah ada yang sudah buka, belum ada makanan yang dipajang di etalase.
Sangat unik, di kota Padang sendiri, yang notabene asal muasal lahirnya masakan khas Minangkabau, ternyata justru susah mencari sarapan nasi Padang. Padahal saat saya masih bekerja di Metro, Lampung, beberapa waktu lalu, cukup mudah cari sarapan nasi Padang.
Akhirnya saya sarapan lontong sayur di sebuah warung kecil. Dari informasi penjaga warung, saya jadi tahu ternyata memang jarang banget restoran Padang yang sudah beroperasi di pagi hari. Paling cepat jam 10-an. Soalnya menu-menunya pada belum mateng. Di sana rata-rata kalau pagi sarapannya lontong sayur, lontong pecal, lotek dan soto. Siangnya baru makan nasi. Kalau malam minum susu. Halah!
Setelah sarapan sepiring lontong sayur dan minum teh hangat segelas, pertouringan segera aku teruskan biar lekas sampai ke Bukittinggi. Tapi sebelum itu, nanti rencananya berhenti lagi di air terjun Lembah Anai. Sialnya, ketika sampai simpang lintas Lubuk Alung, saya malah belok kiri ke arah Pariaman. Padahal seharusnya lurus aja terus. Jadi bisa dibilang ini sedikit kesasar!
Entah apa yang merasukiku waktu itu. Atau entah kurang konsentrasi. Sekilas memang saya baca di papan petunjuk jalan, ada tulisan belok kiri Bukittinggi. Memang benar, belok kiri tersebut juga bisa sampai ke kota Bukittinggi via Pariaman. Tapi itu akan lebih jauh jika tujuannya langsung ke kota Bukittinggi! Dugaanku, di papan informasi jalan tersebut juga sebenarnya ada petunjuk untuk lurus jika mau langsung ke kota Bukittinggi, tapi sepertinya tulisan tersebut tidak terbaca oleh saya. Saya cuma baca tulisan yang Bukittinggi via Pariaman, dan dengan pedenya langsung belok kiri.
Lumayan jauh juga kesasarnya. Hingga ke daerah Kurai Taji. Sampai di sana perasaan saya tidak enak. Saya berpikir dan mencoba berlogika, kota Bukittinggi berada di tengah pulau Sumatera, bukan di daerah pesisir. Harusnya untuk menuju ke sana, jalannya lurus terus atau justru agak mengarah ke kanan. Tapi yang saya lalui ini kok cenderung ke arah kiri terus? Akhirnya saya cek di Google Map. Dan ternyata benar saya salah jalan! Ini bukan jalan lintas barat!
Saya pun balik arah. Tapi kemudian oleh Google Map diarahkan melewati jalan alternatif yang lebih dekat untuk tembus ke Jalinbar lagi. Sehingga tidak perlu balik sampai ke simpang lintas Lubuk Alung lagi. Dan jalan alternatif pilihan Google Map ini tidak lebar, tapi cukup mulus dan lalu lintasnya tidak ramai. Melewati perkampungan-perkampungan yang banyak persawahannya. Jadi walau kesasar tetap dibawa asyik aja!
Lebih kurang atau kurang lebih 20 menit melewati jalan alternatif tersebut, akhirnya saya kembali menemukan jalan lintas barat Sumatera yang seharusnya aku lewati seandainya tadi tidak tersesat. Lantas berhenti sejenak di SPBU Kayutanam. Bukan untuk isi ulang Pertamax, melainkan untuk numpang pipis dan berteduh. Cuaca di road trip hari kelima ini benar-benar panas. Sampai bikin kepala agak nyut-nyutan. Pengen ngopi, tapi aku tahan dulu sampai nanti tiba di rest area air terjun Lembah Anai.
Dan ternyata tidak lama kemudian setelah kembali melanjutkan perjalanan, aku sudah tiba di air terjun yang kumaksud di paragraf di atas. Bener-bener keren air terjunnya! Bagaimana tidak? Ada air terjun yang posisinya tepat berada di pinggir jalan lintas. Tepatnya di jalan Raya Padang-Bukittinggi, wilayah Nagari Singgalang, Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar.
Di sekitarnya banyak terdapat warung makanan serta minuman. Ada Musholla-nya juga. Jadinya cocok banget untuk lokasi istirahat bagi biker maupun siapa saja yang tengah menempuh perjalanan dari Padang ke Bukitinggi atau sebaliknya. Aku sendiri berhenti di salah satu warung, kemudian ngopi ganteng sambil memandang kecenya Air Terjun Lembah Anai.
Sehabis ngopi dan melihat dari dekat air terjun yang memiliki ketinggian sekitar 35 meter dan jatuh dari kaki Gunung Singgalang itu, aku bergegas melanjutkan riding menuju Bukittinggi. Tapi sebelum itu, akan melewati daerah Padang Panjang terlebih dahulu. Masih banyak panorama menarik di sepanjang jalan dari air terjun Lembah Anai tadi hingga ke kota Padang Panjang. Ada bukit-bukit tinggi nan menghijau berselimut kabut, ada sungai dengan batu-batunya yang besar, dan beberapa kali bertemu rel kereta api tua yang memalang di atas jalan.
Akan tetapi ketika sudah sampai di jurusan Padang Panjang ke kota Bukittinggi, pemandangan alamnya sudah kembali normal. Pemukiman yang padat dan lalu lintas yang ramai, bahkan ada beberapa tempat yang macet parah akibat angkot yang suka berhenti seenaknya.
Kekira jam empat sore, saya baru tiba di kota Bukittinggi dan langsung berhenti makan di rumah makan Ampera Suri (Spesifik Ikan Bakar). Udah laper banget! Seharian cuma makan lontong sayur pada saat masih di Padang tadi. Dan sambil makan, aku juga sekalian browsing penginapan murah lewat dua aplikasi yang ada di smartphone. Alhamdulillah dapat hotel syariah seharga Rp 92.000 dari aplikasi Reddoorz. Namanya Mande Guest House Bukittinggi, yang ternyata lokasinya tidak jauh dari tempat saya makan. Maka saya pun langsung menuju kesana pasca makan.
Tiba di hotel, setelah mandi aku rebahan sekitar 15 menit, habis itu ngaspal lagi jalan-jalan sore ke beberapa destinasi piknik di sekitar kota Bukittinggi. Mulai dari Ngarai Sianok, Lubang Jepang, dan pastinya ke Jam Gadang yang merupakan landmark-nya Kota Bukitinggi. Dan baru pulang ke penginapan menjelang Maghrib.
Sehabis Isya, keluar lagi night riding menikmati suasana kota Bukittinggi di malam hari, sekalian cari mangsa alias makanan. Kebetulan di jalan Moh Syafei setelah Monumen Polisi Wanita, kalau malam hari banyak banget aneka kuliner yang siap memanjakan lidah.
Berikut rekaman video perjalanan touring lintas barat Sumatera hari kelima, dari kota Padang ke kota Bukittinggi. Silahkan ditonton!
Seperti itulah cerita touring lintas barat Sumatera hari kelima dengan jurusan Padang - Bukitinggi ini. Dari keseluruhan touring Jalinbar yang telah aku lalui, touring hari ini yang paling santai. Jaraknya dekat dan banyak singgah ke berbagai destinasi wisata ternama di sekitar kota Bukittinggi.
Selanjutnya: Solo Touring Sepeda Motor Lintas Sumatera Hari Terakhir, Sumbar - Riau
Seperti itulah cerita touring lintas barat Sumatera hari kelima dengan jurusan Padang - Bukitinggi ini. Dari keseluruhan touring Jalinbar yang telah aku lalui, touring hari ini yang paling santai. Jaraknya dekat dan banyak singgah ke berbagai destinasi wisata ternama di sekitar kota Bukittinggi.
Selanjutnya: Solo Touring Sepeda Motor Lintas Sumatera Hari Terakhir, Sumbar - Riau
Untuk touring lintas Sumatera episode hari keenam atau hari terakhir, bisa sobat baca di artikel selanjutnya. Terima kasih dan salam satu aspal!
Posting Komentar untuk "Touring Padang - Bukittinggi, Edisi Road Trip Lintas Sumatera Hari Ke-5, Sempat Kesasar!"
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan tertib dan sopan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.